Nabi Muhammad Saw. adalah nabi terakhir
yang mendapatkan banyak gelar baik dari Allah maupun dari manusia. Berbagai
julukan diberikan kepada beliau atas kesuksesan beliau dalam melakukan misi
risalahnya di muka bumi. Beliau berhasil menjadi pemimpin agama (sebagai Nabi)
berhasil menjadi pemimpin negara (ketika memimpin negara Madinah). Di samping
itu beliau juga berhasil dalam menjalankan berbagai kepemimpinan yang lain,
seperti memimpin perang, memimpin musyawarah, dan memimpin keluarga. Karena
itu, sudah sepantasnya umat Islam menjadikannya sebagi teladan yang terbaik.
Terkait dengan hal ini Allah Swt. berfirman:
”Sesungguhnya telah ada pada(diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. al-Ahzab (33): 21).
Untuk dapat meneladani Nabi Muhammad Saw.
dalam kehidupan kita sehari-hari, tentunya kita, umat Islam, harus mengetahui
terlebih dahulu apa saja sifat-sifat yang dimiliki oleh beliau dan bagaimana
perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, agar kita dapat meneladani
Nabi Muhammad Saw. akan dikemukakan sifat-sifat dan perilaku beliau dan
kemudian bagaimana kita dapat meneladani sifat dan perilaku tersebut.
Perlu ditegaskan bahwa semua rasul adalah
manusia yang memiliki sifat-sifat kemanusiaan sebagaimana manusia lainnya (QS.
al-Kahfi (18): 110 dan QS. Fushshilat (41): 6). Di antara sifat-sifat
kemanusiaan yang dimiliki Rasulullah adalah makan dan minum (QS. al-Furqan
(25): 20) serta menikah (QS. al-Ra’d (13): 38). Dalam Alquran juga ditegaskan
bahwa semua rasul adalah laki-laki, tidak ada yang perempuan (QS. al-Anbiya’
(21): 7). Namun, karena tugas risalah adalah tugas yang amat berat, maka para
rasul dibekali dengan sifat-sifat khusus. Sifat-sifat yang pasti dimiliki oleh
Nabi Muhammad Saw. maupun para nabi dan rasul yang lain adalah:
1.
Shiddiq, yang berarti
jujur. Nabi dan rasul selalu jujur dalam perkataan dan perilakunya dan mustahil
akan berbuat yang sebaliknya, yakni berdusta, munafik, dan yang semisalnya.
2.
Amanah, yang berarti
dapat dipercaya dalam kata dan perbuatannya. Nabi dan rasul selalu amanah dalam
segala tindakannya, seperti menghakimi, memutuskan perkara, menerima dan
menyampaikan wahyu, serta mustahil akan berperilaku yang sebaliknya.
3.
Tabligh, yang berarti
menyampaikan. Nabi dan rasul selalu menyampaikan apa saja yang diterimanya dari
Allah (wahyu) kepada umat manusia dan mustahil nabi dan rasul menyembunyikan
wahyu yang diterimanya.
4.
Fathanah, yang berarti
cerdas atau pandai. Semua nabi dan rasul cerdas dan selalu mampu berfikir
jernih sehingga dapat mengatasi semua permasalahan yang dihadapinya. Tidak ada
satu pun nabi dan rasul yang bodoh, mengingat tugasnya yang begitu berat dan
penuh tantangan.
5.
Di samping empat sifat di atas, nabi dan rasul tidak pernah berbuat dosa
atau maksiat kepada Allah (ma’shum). Sebagai manusia bisa saja nabi
berbuat salah dan lupa, namun lupa dan kesalahannya selalu mendapat teguran
dari Allah sehingga akhirnya dapat berjalan sesuai dengan kehendak Allah.
Di samping memiliki sifat-sifat seperti di
atas, Nabi Muhammad Saw. juga dikenal dengan sebutan al-amin, yang berarti selalu dapat dipercaya. Gelar ini diperoleh Muhammad sejak maih usia
belia. Dalam kesehariannya Muhammad belum pernah berbohong dan merugikan
orang-orang di sekitarnya. Dalam salah satu bukunya, Sa’id Hawwa (2002: 164-186) memerinci keluhuran budi Rasulullah
Saw. yang sangat patut diteladani oleh umat Islam. Sa’id Hawwa menguraikan
moralitas Nabi dalam hal kesabarannya, kasih sayangnya baik terhadap keluarga
maupun umatnya, kemurahan hatinya, kedermawanannya, kerendahan hatinya, serta
kesahajaannya. Moralitas Nabi inilah yang patut diteladani dan diterapkan dalam
kehidupan umat Islam sehari-hari.
Meneladani sifat-sifat Nabi Muhammad Saw.
seperti di atas tidaklah gampang dan membutuhkan proses yang panjang. Dengan
modal cinta dan taat kepadanya, kita akan mampu meneladaninya dalam kehidupan
kita sehari-hari. Meneladani beliau secara sempurna jelas tidak mungkin, karena
beliau digambarkan sebagai insan kamil (manusia sempurna) yang tidak ada
bandingnya. Namun demikian, kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk
meneladani sifat dan perilaku beliau, apa pun hasilnya.
Cara-cara praktis yang dapat dilakukan
untuk meneladani Rasulullah Saw. di antaranya adalah sebagai berikut:
1.
Kita harus selalu bertaubat kepada Allah Swt. atas segala dosa dan
kesalahan yang kita lakukan setiap hari. Sebagai manusia biasa kita harus
menyadari bahwa kita selalu berbuat kesalahan dan dosa baik kepada Allah maupun
kepada sesama manusia. Rasulullah Saw. yang jelas-jelas tidak memiliki dosa
saja selalu memohon ampun (beristighfar) dan bertaubat kepada Allah. Karena
itu, jika kita tidak mau bertaubat kepada Allah, berarti kita tidak menyadari
sifat kemanusiaan kita dan kita termasuk orang-orang yang sombong.
2.
Sedapat mungkin kita harus dapat menjaga amanat yang diberikan oleh Allah
kepada kita selaku manusia. Amanat apa pun yang diberikan kepada kita, harus
kita lakukan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh pemberi amanat tersebut.
Karena itu, apa pun aktivitas yang kita lakukan, jangan sampai kita menyimpang
dari aturan-aturan yang sudah berlaku sesuai tuntunan Alquran dan sunnah Nabi.
Kita harus berusaha menjaga amanat ini sebagaimana Rasulullah yang tidak pernah
berkhianat walau sekali pun.
3.
Kita juga harus selalu memelihara sifat jujur dalam keseharian kita. Jujur
merupakan sifat yang sangat mulia, tetapi memang sulit untuk diwujudkan.
Terkadang orang dengan sengaja untuk tidak berbuat jujur dengan alasan bahwa
jujur akan mengakibatkan hancur. Karena itu, dewasa ini kejujuran sulit
ditemukan di tengah-tengah peradaban manusia yang semakin maju. Orang berusaha
untuk mengesahkan perilaku tidak jujur. Seandainya kejujuran ini terpelihara
dengan baik, maka para penuntut dan pembela hukum di negeri ini tidak akan
terlalu sulit untuk menerapkan dan mewujudkan keadilan di tengah-tengah
masyarakat. Kenyataannya, sebagian besar orang tidak mau berbuat jujur,
sehingga seringkali orang yang jujur malah menjadi hancur (akibat disalahkan).
Rasulullah selalu berbuat jujur tidak hanya kepada para sahabatnya tetapi juga
kepada lawan-lawannya. Dan inilah yang merupakan kunci keberhasilan Rasulullah
dalam misi risalah dan kenabiannya.
Keseharian Rasulullah SAW
Posted by: nugrohotech on: 30 Januari 2009
1.
MAKAN
Nabi S.A.W. makan menggunakan tangan kanan. Sewaktu makan, baginda menggunakan 3 jari dan sesudah makan jari-jarinya dihisap sebelum membersihkannya.
Baginda makan menggunakan suapan yang kecil, berhati-hati hingga makanan tidak terjatuh dari dulang atau tempat hidangan.
Nabi S.A.W. makan menggunakan tangan kanan. Sewaktu makan, baginda menggunakan 3 jari dan sesudah makan jari-jarinya dihisap sebelum membersihkannya.
Baginda makan menggunakan suapan yang kecil, berhati-hati hingga makanan tidak terjatuh dari dulang atau tempat hidangan.
Baginda
sering bertanya apakah hidangan makanan itu berbentuk hadiah atau sedekah. Bila
makanan itu berbentuk sedekah, baginda tidak memakannya dan menyuruh sahabat
makan tetapi bila makanan itu berbentuk hadiah, baginda akan turut makan
bersama. (Riwayat Bukhari, Muslim, Nasaai dari Abu Hurairah)
2. TIDUR
Apabila Nabi
S.A.W. merebahkan diri di tempat tidur, baginda sering berdoa yang artinya :
“Alhamdulillah yang telah memberi kami makan, minum, tempat perlindungan dan
keperluan hidup karena masih banyak yang kurang makan, minum dan tidak
mempunyai tempat tidur. ” (Riwayat Bukhari Muslim, Abu Daud, Termizi dan Nasaai
dari Anas).
Di waktu Nabi
S.A.W. hendak tidur, baginda meletakkan
tangan kanannya dibawah pipi kanan baginda. (Riwayat Thabarany dari
Hafshah)
Sebelum Nabi
S.A.W. memejamkan mata, baginda berdoa yang artinya : “Ya Allah, dengan namaMu
aku hidup dan dengan namaMu aku mati. “
Bila bangun
dari tidur, baginda mengucapkan: “Alhamdulillah yang menghidupkan kami sesudah
kami dimatikan dan kepadaNya kami akan kembali berkumpul, ” (Riwayat Ahmad,
Muslim dan Nasaai dari al-Barraaq).
3.
MARAH
Kemarahan
Nabi S.A.W. adalah karena kebenaran, artinya karena kebenaranlah baginda
melahirkan kemarahannya.
Nabi S.A.W.
marah dengan cara sopan, sesuai dengan do’anya ini, yaitu: “Aku mohonkan kepada Engkau
kalimat kebenaran pada saat marah dan suka. ”
Maksudnya,
Rasulullah S.A.W. tidak berkata kecuali yang benar saja begitu juga waktu marah
atau waktu tidak marah. Kemarahan Rasulullah S.A.W. karena ada perkara yang
tidak disukai yang menyalahi dari yang benar sebagaimana yang diajarkan agama
atau yang terang-terangan dilarang oleh agama.
[Kitab Matan
al-Arba'in - Sheikh Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syirfuan-Nawawi]
Imam
Ghazali berkata: “Kemarahan manusia bermacam-macam. Setengahnya lekas marah,
lekas tenang dan lekas hilang. setengahnya lambat marah, lambat pula redanya.
Setengahnya lambat akan marahnya dan
lekas pula hilangnya. Yang akhir inilah yang terpuji. “
4.
KETAWA
Bila nabi
S.A.W. ketawa, baginda akan meletakkan
tangan di mulut baginda dan bila terjadi sesuatu yang mengembirakan,
baginda akan mengucap syukur kepada Allah. Bila bercakap-cakap, baginda
sentiasa tersenyum. (Riwayat Abu Daud dan Abu Musa)
5.
WARNA dan PAKAIAN KESUKAAN
Warna yang
disukai Nabi S.A.W. ialah hijau dan
pakaian yang digemari ialah habarah seperti kemeja
panjang berwarna putih. (Riwayat Bukhari Muslim)
Sifat – sifat Nabi
Muhammad SAW
Fizikal Nabi
Telah dikeluarkan oleh Ya'kub bin
Sufyan Al-Faswi dari Al-Hasan bin Ali ra. katanya: Pernah aku menanyai pamanku
(dari sebelah ibu) Hind bin Abu Halah, dan aku tahu baginda memang sangat
pandai mensifatkan perilaku Rasulullah SAW, padahal aku ingin sekali untuk
disifatkan kepadaku sesuatu dari sifat beliau yang dapat aku mencontohinya,
maka dia berkata:
Adalah Rasulullah SAW itu seorang yang
agung yang senantiasa diagungkan, wajahnya berseri-seri
layak bulan di malam purnamanya, tingginya cukup
tidak terialu ketara, juga tidak terlalu pendek, dadanya bidang, rambutnya selalu rapi antara lurus dan bergelombang, dan memanjang hingga ke tepi telinganya, lebat,
warnanya hitam, dahinya luas, alisnya lentik halus terpisah di antara keduanya,
yang bila baginda marah kelihatannya
seperti bercantum, hidungnya mancung, kelihatan memancar cahaya ke atasnya,
janggutnya lebat, kedua belah matanya hitam, kedua pipinya lembut dan halus,
mulutnya tebal, giginya putih bersih dan jarang-jarang, di dadanya tumbuh
bulu-bulu yang halus, tengkuknya memanjang, berbentuk sederhana, berbadan besar
lagi tegap, rata antara perutnya dan dadanya, luas dadanya, lebar antara kedua
bahunya, tulang belakangnya besar, kulitnya bersih, antara dadanya dan pusatnya
dipenuhi oleh bulu-bulu yang halus, pada kedua teteknya dan perutnya bersih
dari bulu, sedang pada kedua lengannya dan bahunya dan di atas dadanya berbulu
pula, lengannya panjang, telapak tangannya lebar, halus tulangnya, jari telapak
kedua tangan dan kakinya tebal berisi daging, panjang ujung jarinya, rongga
telapak kakinya tidak menyentuh tanah apabila baginda berjalan, dan telapak
kakinya lembut serta licin tidak ada lipatan, tinggi seolah-olah air sedang
memancar daripadanya, bila diangkat kakinya diangkatnya dengan lembut (tidak
seperti jalannya orang menyombongkan diri), melangkah satu-satu dan
perlahan-lahan, langkahnya panjang-panjang seperti orang yang melangkah atas
jurang, bila menoleh dengan semua badannya, pandangannya sering ke bumi, kelihatan
baginda lebih banyak melihat ke arah bumi daripada melihat ke atas langit,
jarang baginda memerhatikan sesuatu dengan terlalu lama, selalu berjalan beriringan
dengan sahabat-sahabatnya,selalu memulakan salam kepada
Siapa Yang ditemuinya.
Kebiasaan Nabi
Kataku pula: Sifatkanlah kepadaku
mengenai kebiasaannya!Jawab pamanku: Adalah Rasulullah SAW itu kelihatannya
seperti orang yang selalu bersedih, senantiasa banyak berfikir, tidak pernah beristirshat panjang, tidak berbicara bila tidak ada keperluan, banyak diamnya, memulakan bicara dan
menghabiskannya dengan sepenuh mulutnva, kata-katanya penuh mutiara mauti manikam,
satu-satu kalimatnya, tidak berlebih-lebihan atau berkurang-kurangan, lemah
lembut tidak terlalu kasar atau menghina diri, senantiasa membesarkan
nikmat walaupun kecil, tidak pernah mencela nikmat apa pun atau terlalu
memujinya, tiada seorang dapat meredakan marahnya, apabila sesuatu dari
kebenaran dihinakan sehingga dia dapat membelanya.
Dalam riwayat lain, dikatakan bahwa
baginda menjadi marah kerana sesuatu urusan dunia atau apa-apa yang bertalian
dengannya, tetapi apabila baginda melihat kebenaran itu dihinakan, tiada
seorang yang dapat melebihi marahnya, sehingga baginda dapat membela kerananya.
Baginda tidak pernah marah untuk dirinya, atau membela sesuatu untuk
kepentingan dirinya, bila mengisyarat diisyaratkan dengan semua telapak
tangannya, dan bila baginda merasa takjub dibalikkan telapak tangannya, dan
bila berbicara dikumpulkan tangannya dengan menumpukan telapak tangannya yang
kanan pada ibu jari tangan kirinya, dan bila baginda marah baginda terus
berpaling dari arah yang menyebabkan ia marah, dan bila baginda gembira dipejamkan
matanya, kebanyakan ketawanya ialah dengan tersenyum, dan bila baginda ketawa,
baginda ketawa seperti embun yang dingin.
Berkata Al-Hasan lagi: Semua
sifat-sifat ini aku simpan dalam diriku lama juga. Kemudian aku berbicara
mengenainya kepada Al-Husain bin Ali, dan aku dapati ianya sudah terlebih
dahulu menanyakan pamanku tentang apa yang aku tanyakan itu. Dan dia juga telah
menanyakan ayahku (Ali bin Abu Thalib ra.) tentang cara keluar baginda dan
masuk baginda, tentang cara duduknya, malah tentang segala sesuatu mengenai
Rasulullah SAW itu.
Rumah Nabi
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Aku juga
pernah menanyakan ayahku tentang masuknya Rasulullah SAW lalu dia menjawab:
Masuknya ke dalam rumahnya bila sudah diizinkan khusus baginya, dan apabila
baginda berada di dalam rumahnya dibagikan masanya tiga bagian. Satu bagian khusus untuk Allah ta'ala, satu
bagian untuk isteri-isterinya, dan satu bagian lagi untuk dirinya sendiri.
Kemudian dijadikan bagian untuk dirinya itu terpenuh dengan urusan di antaranya
dengan manusia, dihabiskan waktunya itu untuk melayani semua orang yang awam
maupun yang khusus, tiada seorang pun dibedakan dari yang lain.
Di antara tabiatnya ketika melayani
ummat, baginda selalu memberikan perhatiannya kepada orang-orang yang terutama
untuk dididiknya, dilayani mereka menurut kelebihan diri masing-masing dalam
agama. Ada yang keperluannya satu ada yang dua, dan ada yang lebih dari itu,
maka baginda akan duduk dengan mereka dan melayani semua urusan mereka yang
berkaitan dengan diri mereka sendiri dan kepentingan ummat secara umum, coba
menunjuki mereka apa yang perlu dan memberitahu mereka apa yang patut dilakukan
untuk kepentingan semua orang dengan mengingatkan pula: "Hendaklah siapa
yang hadir menyampaikan kepada siapa yang tidak hadir. Jangan lupa menyampaikan
kepadaku keperluan orang yang tidak dapat menyampaikannya sendiri, sebab
sesiapa yang menyampaikan keperluan orang yang tidak dapat menyampaikan
keperluannya sendiri kepada seorang penguasa, niscaya Allah SWT akan menetapkan
kedua tumitnya di hari kiamat", tiada disebutkan di situ hanya hal-hal
yang seumpama itu saja.
Baginda tidak menerima dari bicara
yang lain kecuali sesuatu untuk maslahat ummatnya. Mereka datang kepadanya
sebagai orang-orang yang berziarah, namun mereka tiada meninggalkan tempat
melainkan dengan berisi. Dalam riwayat lain mereka tiada berpisah melainkan
sesudah mengumpul banyak faedah, dan mereka keluar dari majelisnya sebagai
orang yang ahli dalam hal-ihwal agamanya.
Luaran Nabi
Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Kemudian
saya bertanya tentang keadaannya di luar, dan apa yang dibuatnya? Jawabnya:
Adalah Rasulullah SAW ketika di luar, senantiasa mengunci lidahnya, kecuali jika memang ada kepentingan untuk
ummatnya. Baginda selalu beramah-tamah
kepada mereka, dan tidak kasar dalam bicaranya. Baginda senantiasa
memuliakan ketua setiap suku dan kaum dan meletakkan masing-masing di tempatnya
yang layak. Kadang-kadang baginda mengingatkan
orang ramai, tetapi baginda senantiasa menjaga hati mereka agar tidak
dinampakkan pada mereka selain mukanya yang manis dan akhlaknya yang mulia.
Baginda selalu menanyakan sahabat-sahabatnya bila mereka tidak datang, dan
selalu bertanyakan berita orang ramai dan apa yang ditanggunginya. Mana yang
baik dipuji dan dianjurkan, dan mana yang buruk dicela dan dicegahkan.
Baginda senantiasa bersikap pertengahan
dalam segala perkara, tidak banyak membantah, tidak pernah lalai supaya mereka
juga tidak suka lalai atau menyeleweng, semua perkaranya baik dan terjaga,
tidak pernah meremehkan atau menyeleweng dari kebenaran, orang-orang yang
senantiasa mendampinginya ialah orang-orang paling baik kelakuannya, yang
dipandang utama di sampingnya, yang paling banyak dapat memberi nasihat, yang
paling tinggi kedudukannya, yang paling bersedia untuk berkorban dan membantu
dalam apa keadaan sekalipun.
Majlis
Nabi
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya lalu
bertanya pula tentang majelis Nabi SAW dan bagaimana caranya ? Jawabnya: Bahwa
Rasulullah SAW tidak duduk dalam sesuatu majelis, atau bangun daripadanya, melainkan baginda berzikir kepada Allah SWT
baginda tidak pernah memilih tempat yang tertentu, dan melarang orang meminta
ditempatkan di suatu tempat yang tertentu. Apabila baginda sampai kepada
sesuatu tempat, di situlah baginda duduk sehingga selesai majelis itu dan
baginda menyuruh membuat seperti itu. Bila
berhadapan dengan orang ramai diberikan pandangannya kepada semua orang dengan
sama rata, sehingga orang-orang yang berada di majelisnya itu merasa tiada
seorang pun yang diberikan penghormatan
lebih darinya. Bila ada orang yang datang kepadanya kerana sesuatu keperluan,
atau sesuatu masliahat, baginda terus melayaninya dengan penuh kesabaran
hinggalah orang itu bangun dan kembali.
Baginda tidak pernah menghampakan orang yang meminta daripadanya sesuatu
keperluan, jika ada diberikan kepadanya, dan jika tidak ada dijawabnya dengan
kata-kata yang tidak mengecewakan hatinya. Budi pekertinya sangat baik, dan
perilakunya sungguh bijak. Baginda dianggap semua orang seperti ayah,
dan mereka dipandang di sisinya semuanya sama dalam hal kebenaran, tidak berat sebelah. Majelisnya semuanya
ramah-tamah, segan-silu, sabar menunggu, amanah, tidak pemah terdengar suara
yang tinggi, tidak dibuat padanya segala yang dilarangi, tidak disebut yang
jijik dan buruk, semua orang sama kecuali dengan kelebihan taqwa, semuanya
merendah diri, yang tua dihormati yang muda, dan yang muda dirahmati yang tua,
yang perlu selalu diutamakan, yang asing selalu didahulukan.
Berkata Al-Hasan ra. lagi: Saya pun
lalu menanyakan tentang kelakuan Rasulullah SAW pada orang-orang yang selalu
duduk-duduk bersama-sama dengannya? Jawabnya: Adalah Rasulullah SAW selalu periang
orangnya, pekertinya mudah dilayan, selalu berlemah-lembut, tidak keras atau
bengis, tidak kasar atau suka berteriak-teriak, kata-katanya tidak kotor, tidak
banyak bergurau atau beromong kosong segera melupakan apa yang tiada
disukainya, tidak pernah mengecewakan orang yang berharap kepadanya, tidak suka
menjadikan orang berputus asa.
Sangat jelas dalam perilakunya tiga perkara yang berikut. Baginda tidak suka
mencela orang dan memburukkannya. Baginda tidak suka mencari-cari keaiban orang
dan tidak berbicara mengenai seseorang kecuali yang mendatangkan faedah dan
menghasilkan pahala.
Apabila baginda berbicara, semua orang
yang berada dalam majelisnya memperhatikannya dengan tekun seolah-olah burung
sedang tertengger di atas kepala mereka. Bila baginda berhenti berbicara,
mereka baru mula berbicara, dan bila dia berbicara pula, semua mereka berdiam
seribu basa. Mereka tidak pernah bertengkar di hadapannya. Baginda tertawa bila
dilihatnya mereka tertawa, dan baginda merasa takjub bila mereka merasa takjub.
Baginda selalu bersabar bila didatangi orang badwi yang seringkali bersifat
kasar dan suka mendesak ketika meminta sesuatu daripadanya tanpa mahu mengalah
atau menunggu, sehingga terkadang para sahabatnya merasa jengkel dan kurang
senang, tetapi baginda tetap menyabarkan mereka dengan berkata: "Jika kamu
dapati seseorang yang perlu datang, hendaklah kamu menolongnya dan jangan
menghardiknya!". Baginda juga tidak mengharapkan pujian
daripada siapa yang ditolongnya, dan kalau mereka mau memujinya pun, baginda
tidak menggalakkan untuk berbuat begitu. Baginda tidak pernah memotong bicara
sesiapa pun sehingga orang itu habis berbicara, lalu barulah baginda berbicara,
atau baginda menjauh dari tempat itu.
Diamnya Nabi
Berkata Al-Hasan r.a. lagi: Saya pun
menanyakan pula tentang diamnya, bagaimana pula keadaannya? Jawabnya: Diam Rasulullah SAW bergantung kepada
mempertimbangkan empat hal, yaitu: Kerana adab
sopan santun, kerana berhati-hati, kerana mempertimbangkan sesuatu di antara
manusia, dan kerana bertafakkur. Adapun sebab pertimbangannya
ialah kerana persamaannya dalam pandangan dan pendengaran di antara manusia.
Adapun tentang tafakkurnya ialah pada apa yang kekal dan yang binasa. Dan
terkumpul pula dalam peribadinya sifat-sifat kesantunan dan kesabaran. Tidak
ada sesuatu yang boleh menyebabkan dia menjadi marah, ataupun menjadikannya
membenci. Dan terkumpul dalam peribadinya sifat berhati-hati dalam empat
perkara, iaitu: Suka membuat yang baik-baik dan melaksanakannya untuk
kepentingan ummat dalam hal-ehwal mereka yang berkaitan dengan dunia mahupun
akhirat, agar dapat dicontohi oleh yang lain. Baginda meninggalkan yang buruk,
agar dijauhi dan tidak dibuat oleh yang lain. Bersungguh-sungguh mencari jalan
yang baik untuk maslahat ummatnya, dan melakukan apa yang dapat mendatangkan
manfaat buat ummatnya, baik buat dunia ataupun buat akhirat.
(Nukilan Thabarani - Majma'uz-Zawa'id 8:275)
asalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatu ukthi. subhnallah sekali artikelnya. sangat bersyukur bisa membacanya. ditunggu artikel-artikel tentang baginda kita Nabi Muhammad SAW. saya ingin sekali bisa seperti beliau.
BalasHapuswassalamualaiku warohmatullohi wabarokatu
terimakasih
BalasHapus